Ini semua Dia, Semua itu Dia, Dia adalah semuanya

Apa itu peduli?
Apa itu percaya? Bukankah keduanya memiliki definisi yang berbeda dari kita.
Lalu apa arti semua yang telah kita lakukan bersama selama itu? Aku tak
mengerti. Begitu saja kau berubah lalu berpaling dan meninggalkanku tanpa
menanyakan rasa itu. Aku merasa sakit, sakit yang aku tak akan biarkan seorang
melihatnya. Senyum itu, aku tertawa, kau tahu, aku sedang bertahan. Melawan
kehadiran raga itu. Aku jatuh dan tenggelam. Kau berjalan di ambang nafasku dan
tak melihatku.
Bagaimana bisa aku menangis?
Terlebih di dalam sepengetahuanmu, karena kau adalah alasan. Alasanku membuat
satu-satunya pengecualian yang tak pernah ku buat dalam hidupku. Bodoh, semua
yang tak pasti ini sudah aku berikan untuk di pertaruhkan. Tapi dia tak
mengerti. Aku lelah dan ingin aku dapati waktu telah baik-baik saja. Aku mau
semua ini tak berawal, karena saat ini semua begitu rumit dan aku tak bisa
mempercayai siapapun dan aku...haha, lihat berapa banyak aku gunakan kata ‘aku’
dalam kalimatku. Betapa naif dan egois, siapa melihat permaafan? Yang ada hanya
selamat tinggal dan sakit.
Saat detak jantungku tak sama
dengan tarikan nafasku. Saat air mataku jatuh lalu mengering dengan sendirinya.
Saat hatiku di cengkram oleh perasaan pilu. Saat semua sudah berbeda dan masa
lalu yang semakin memudar. Aku hidup untuk merasakan mati.
Aku kenang semuanya, matamu,
suaramu, senyummu, tawamu, sentuhanmu, semuanya. Semua yang kini ku sesalkan,
permintaan yang tak pernah terucap. Lalu semua terjadi di luar sepengetahuanku.
Saat semua begitu berarti, bahkan di setiap detiknya.
Apa dia tahu betapa kacau aku,
hanya karena memikirkannya? Memikirkan kita?
Ini mimpi burukku. Kehilangan.
Dan menerima itu tidaklah mudah.
Aku tak siap mengatakan selamat
tinggal. Tak akan pernah,
Buat aku menjadi utuh.
Kau tahu, mengapa setiap kali
itu, aku berpaling dan membuang muka? Itu karena aku tidak baik baik saja. Kau
tahu betapa sulitnya berpura pura? Tersenyum, tertawa di depanmu. Bahagia?
Dan nyatanya adalah, aku tersiksa
dan namamu ingin ku teriakkan. Namun lidahku kelu. Aku tersiksa aku ingin
ragamu disisiku. Karena apa? Yang aku tahu selama ini, utuh adalah saat aku dan
kau bersama.
Maafkan aku atas keegoisanku.
Kau tahu rasanya menahan ini
sendirian? Benar benar sendiri maksudku.
Menyembunyikan semuanya, dan
berpura baik baik saja. Kau tahu setiap malam aku menangis? Lalu saat aku
terbangun nanti, aku melihat bayangan wajah yang menyedihkan terpantul di
hadapanku.
Begitu sakit dan aku menderita,
sampai aku tak bisa berpikir.
Inilah semua kekhawatiranku.
Orang orang berubah.
Kau tahu?
Di sepanjang hidupku, aku tidak
pernah merasa sebenar ini, saat aku berada di sampingmu. Saat paling bahagia di
hidupku. Hal yang kurasa paling benar dari semua yang pernah kulakukan.
Tapi ini tidak bisa lagi? Apapun
yang aku lakukan. Mintalah aku.
Seakan aku punya pilihan, aku
hanya ingin berada di sisimu.
Aku tak peduli aku egois, biar
saja, karena saat itu aku sangat hidup.
Aku tak akan bisa memandang mata
itu.
Suara itu, suara yang selalu ingin
ku dengar.
Dirimu
Betapa aku menginginkannya.
Saat ini, aku menulisnya. Aku
menangis, aku mengingat semuanya. Dadaku serasa sesak, berat sekali untuk
bernafas.
Kau tahu? Betapa aku ingin
mengatakan selamat malam?
Telepon di sampingku serasa
sangat menggodaku untuk menghubungimu.
Aku ingin meneriakkan namamu,
mengutuknya, mengatakan betapa aku menyanyangimu, betapa aku merindukanku.
Kau memang berengsek,
Aku menggigit bibirku sendiri,
aku bertahan dalam perasaanku sendiri
Tubuhku gemetar
Siapa yang bisa aku ajak bicara,
menangis di hadapannya?
Karena aku benci terlihat lemah
Terlebih di hadapanmu
Aku memang mengacaukan semuanya,
aku bodoh. Aku tahu.
Aku tak hentinya memaki diriku
sendiri
Aku bersumpah, aku tak akan
mengucapkan selamat tinggal padamu
Pernah terbayang jika kau pergi
jauh kesana, bagaimana aku nanti? Aku bisa mati merasakan ini. Ya Tuhan.
Lalu aku tak pernah berhenti
berpikir tentang bagaimana dirimu disini, sendiri,
Betapa aku peduli, betapa aku
mencoba tidak peduli. Air mataku mulai mengering, dan tenggorokanku sakit
menahan isak.
Demi Tuhan, demi semua yang telah
berlalu. Aku tak akan menyangkalnya lagi, aku menyukaimu, aku menginginkanmu...
No comments:
Post a Comment
Coment